kali ini saya akan memaparkan tentang makalah aids makalah ini untuk sma kelas 1
MAKALAH
BIOLOGI
TENTANG:AIDS
NAMA KELOMPOK:JOHAN MAHENDRA A.P.
ANNA
NUR SAFITRI.
LISTIANA
EKMAWATI
RIRIN
ERNAWATI
DEWI
ASTUTIK
FITRIANA
DWI
AGUS CAHYONO.
KELAS:X-D
SMA NEGERI 1 KEREK
JL.rayakerek-montong,jarorejo,kerek,tuban,jawatimur
Email:sman_kerek@yahoo.com
Telahdisetujuipadahariini, Sabtu, 12
September 2015, oleh guru Mata PelajaranBiologi SMA Negeri 1 Kerek
Mengetahui Guru
Mata Pelajaran
Kepala SMA Negeri 1 Kerek
Drs. H. IlhamBasyori Drs.Mokh.Sugiharto,M.Si
NIP. 19641207 199601 1 002 NIP.
19680419 199601 1 001
KATA
PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkankehadiratTuhan
Yang MahaEsakarenadenganrahmat, karunia, sertataufikdanhidayah-Nya kami
dapatmenyelesaikanmakalahtentang AIDS,
inidenganbaikmeskipunbanyakkekurangandidalamnya.
UcapanterimakasihdisampaikanpadaBpk. Drs.
H. IlhamBasyoriselakuKepala SMA Negeri 1 KerekdanbapakDrs.Mokh.Sugiharto,
M.Siselaku guru biologi SMAN 1 KEREK yang telahmemberikanbimbingankepada kami,
dalammenyelesaikanmakalahini.
Kami
sangatberharapmakalahinidapatbergunadalamrangkamenambahwawasansertapengetahuankitamengenaiAIDS.Kamijugamenyadarisepenuhnyabahwa
di dalammakalahiniterdapatkekurangandanjauhdari kata sempurna.Olehsebabitu,
kami berharapadanyakritik, saran danusulan demi perbaikanmakalah yang telah
kami buat di masa yang akandatang, mengingattidakadasesuatu yang sempurnatanpa
saran yang membangun.
Semogamakalahsederhanainidapatdipahamibagisiapapun
yang membacanya.Sekiranyalaporan yang telahdisusuninidapatbergunabagi kami
sendirimaupun orang yang membacanya.
Permohonmaafdisampaikan,
apabilaterdapatkesalahan kata-kata yang kurangberkenandan kami memohonkritikdan
saran yang membangun demi perbaikan di masadepan.
Kerek,15
September 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
1.Judul………………………………………………………………………………………………………i
2.Pengesahan……………………………………………………………………………………………ii
3.KataPengantar……………………………………………………………………………………...iii
3.Daftar
Isi………………………………………………………………………………………………..iv
4.Bab I : PENDAHULUAN
5.Bab II :
A)Gejala Dan Komplikasi.……………………………………………………………………….2
B)Penularan AIDS…………………………………….…………………………………………..5
C)Diagnosis.………………………………………………………………………………………….7
D)Pencegahan.…………………………………………………………………………………...8
E)Penanganan.………………………………………………………………………………..…10
F)Epidemiologi.………………………………………………………………………………..12
G)Sejarah AIDS………………………………………………………………………………..13
H)Dampak AIDS.………………………………………………………………………….……13
I)Penyangkalanatas AIDS..……………………………………………………………….15
6.Bab III: PENUTUP
A) Kesimpulan………………………………………………………………………………………16
B) Saran………………………………………………………………………………………………..16
BAB 1
PENDAHULUAN
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
(disingkat AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang
timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV. atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya (SIV, FIV, dan
lain-lain).
Virusnya
sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV
dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung
HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.
Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para
ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini
AIDS telah menjadi wabah
penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di
seluruh dunia. Pada Januari2006, UNAIDS
bekerja sama dengan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang
sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni1981.
Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta
jiwa pada tahun 2005 saja,
dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana.
Perawatan antiretrovirus
sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya
infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua
negara.Hukuman sosial bagi
penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita
penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial tersebut juga turut
tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam
merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
BAB 2
A).GEJALA DAN KOMPLIKASI.
Gejala-gejala
utama AIDS.
Berbagai gejala AIDS
umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan
tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri,
virus,
fungi
dan parasit,
yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak
HIV.Infeksi oportunistik umum didapati pada
penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh.Penderita
AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi,
kanker leher rahim, dan kanker sistem
kekebalan yang disebut limfoma.
Biasanya penderita AIDS
memiliki gejala infeksi sistemik; seperti demam,
berkeringat
(terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah,
serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien
AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di
wilayah geografis tempat hidup pasien.
1.Penyakit Paru-Paru Utama
Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada
orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai
pada orang yang terinfeksi HIV.
Penyebab penyakit ini
adalah fungiPneumocystis
jirovecii.Sebelum
adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara
Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian.Di negara-negara
berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasipertama AIDS pada orang-orang
yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika
jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.
Tuberkulosis
(TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait
HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui
rute pernapasan (respirasi).Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah
diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui
terapi pengobatan. Namun, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan
masalah potensial pada penyakit ini.
Meskipun munculnya penyakit
ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan
pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang
terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan.Pada
stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai
penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai
penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis
ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik
(konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai
infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang,
tulang,
saluran kemih dan saluran pencernaan, hati,
kelenjar getah bening (nodus limfa
regional), dan sistem syaraf pusat. Dengan demikian, gejala
yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit
ekstrapulmoner.
2.Penyakit Saluran Pencernaan Utama
Esofagitis
adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus),
yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung.Pada individu yang terinfeksi HIV,
penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis)
atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo).Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria,
meskipun kasusnya langka.
Diare
kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena
berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella,
Shigella,
Listeria,
Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi
oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium
complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
Pada beberapa kasus, diare
terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani
HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri.Selain
itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik
yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir
infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan carasaluran pencernaan menyerap nutrisi, serta
mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan
dengan HIV.
3.Penyakit Syaraf Dan Kejiwaan Utama
Infeksi HIV dapat
menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric
sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang
telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.
Toksoplasmosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya
menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis),
namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata
dan paru-paru. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges
(membran yang menutupi otak dan sumsum tulang
belakang) oleh
jamur Cryptococcus neoformans.Hal ini dapat menyebabkan
demam, sakit kepala, lelah, mual, dan
muntah.Pasien juga mungkin mengalami sawan
dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati
multifokal progresif
adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang
menghancurkan selubung syaraf (mielin)
yang menutupi serabut sel syaraf (akson),
sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC,
yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan
menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana
yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan
menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu
sebulan setelah diagnosis.Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan
kemampuanmental (demensia) yang terjadi karena
menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopatimetabolik)
yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan
imun oleh makrofag dan mikroglia
pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.
Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif,
perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV
terjadi.Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+
dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi)
di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%,namun di India
hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV. Perbedaan ini mungkin terjadi
karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.
4.Kanker Dan Tumor Ganas (Malignan)
Sarkoma
Kaposi
Pasien dengan infeksi HIV
pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa
kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA
penyebab mutasi genetik;
yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes
Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma
manusia (HPV).Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien
yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual
tahun 1981
adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh
virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes
manusia-8 yang
juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV).Penyakit ini sering muncul di
kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain,
terutama mulut,
saluran pencernaan, dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat
tinggi (limfomasel B)
adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah
bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau
sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma
(DLBCL), dan limfoma sistem
syaraf pusat primer,
lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali
merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa
kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan
oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma
Kaposi.
Kanker leher rahim pada wanita yang terkena
HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma
manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV
juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar
bawah (rectum),
dan kanker anus.Namun, banyak tumor-tumor
yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat
kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani
AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun
pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum
pada pasien yang terinfeksi HIV.
5.Infeksi Oportunistik Lainnya
Pasien AIDS biasanya
menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan
dan kehilangan berat badan.Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo.Virus sitomegalo dapat menyebabkan
gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan
gangguan radang pada retina mata (retinitis
sitomegalovirus),
yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium
marneffei, atau
disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi
oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis)
pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.
6.Penyebab
HIV
yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil
(diwarnai hijau) pada permukaan limfosit
setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk
terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T),
makrofaga,
dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+
secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan
agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T
CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter
(µL) darah,
maka kekebalan di tingkat selakan hilang, dan akibatnya
ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut
HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi
HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T
CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.
Tanpa terapi
antiretrovirus, rata-rata
lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh
tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2
bulan. Namun, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat
bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun.Banyak faktor yang
memengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV
(seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya
memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga
lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat.Akses yang kurang
terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis,
juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan
peran penting.Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV.
HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang
akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.
Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata
waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan
hidup.
B).PENULARAN AIDS
1.Penularan Seksual
Penularan (transmisi) HIV
secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau
cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa
mulut pasangannya.Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko
daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks
anal lebih besar daripada risiko hubungan seks biasa dan seks oral.Seks oral
tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif
maupun insertif.Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV
karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik
terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.
Penyakit menular
seksual
meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok
alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit
dan makrofaga)
pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika
Sub-Sahara, Eropa,
dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat
sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat
kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis
dan/atau chancroid. Resiko tersebut juga
meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular
seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia,
dan trikomoniasis yang menyebabkan
pengumpulan lokal limfosit dan makrofaga.
Transmisi HIV bergantung
pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual
yang belum terinfeksi.Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap
penyakit ini dan tidak konstan antarorang.Beban virus
plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil
pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA
HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV. Wanita
lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta
fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit
seksual.Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus
lain yang lebih mematikan.
2.Kontaminasi Patogen Melalui Darah
Poster
CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya AIDS sehubungan dengan pemakaian
narkoba.
Jalur penularan ini
terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia,
dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi
dan menggunakan kembali jarum suntik
(syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme
biologis penyebab penyakit (patogen),
tidak hanya merupakan risiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B
dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum
suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi
hepatitis C di Amerika Utara,Republik Rakyat
Tiongkok, dan Eropa Timur.
Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan
orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150. Post-exposure
prophylaxis
dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko itu.Pekerja fasilitas
kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga
dikhawatirkan walaupun lebih jarang.Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada
orang yang memberi dan menerima rajah
dan tindik tubuh.Kewaspadaan
universal
sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena
sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan
2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui
suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman. Oleh sebab itu, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di
dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui
fasilitas kesehatan.
Resiko penularan HIV pada
penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju.Di negara maju, pemilihan
donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun, menurut WHO, mayoritas populasi dunia
tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10%
infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".
3.Penularan Masa Prenatal
Transmisi HIV dari ibu ke
anak dapat terjadi melalui rahim (in utero)
selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat
persalinan.Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama
kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun, jika sang ibu memiliki
akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan carabedah caesar,
tingkatpenularannya hanya sebesar 1%. Sejumlah faktor dapat memengaruhi risiko
infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban
virus, semakin tinggi risikonya).Menyusui
meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
C).DIAGNOSIS
Sejak tanggal 5 Juni1981,
banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi
AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun
1994.
Namun, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan
bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan
tidak sensitif ataupun spesifik.Di negara-negara berkembang, sistem World Health
Organization untuk
infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di
negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease
Control (CDC)
Amerika Serikat.
1.Sistem Tahapan Infeksi WHO
Grafik
hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4+ pada rata-rata infeksi
HIV yang tidak ditangani.Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang. jumlah
limfosit T CD4+ (sel/mm³)
jumlah RNA HIV per mL plasma
Pada tahun 1990, World Health
Organization (WHO)
mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem
tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada
bulan September
tahun 2005.Kebanyakan
kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah
ditangani pada orang sehat.
- Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
- Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan atas yang berulang
- Stadium III: termasuk diarekronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
- Stadium IV: termasuk toksoplasmosisotak, kandidiasisesofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
2.Sistem Klasifikasi CDC
Terdapat dua definisi
tentang AIDS, yang keduanya dikeluarkan oleh Centers for Disease Control
and Prevention
(CDC). Awalnya CDC tidak memiliki nama resmi untuk penyakit ini; sehingga AIDS
dirujuk dengan nama penyakit yang berhubungan dengannya, contohnya ialah limfadenopati.
Para penemu HIV bahkan pada mulanya menamai AIDS dengan nama virus tersebut.
CDC mulai menggunakan kata AIDS pada bulan September
tahun 1982,
dan mendefinisikan penyakit ini. Tahun 1993,
CDC memperluas definisi AIDS mereka dengan memasukkan semua orang yang jumlah
sel T CD4+ di bawah 200 per µL darah atau 14% dari seluruh limfositnya
sebagai pengidap positif HIV. Mayoritas kasus AIDS di negara maju menggunakan
kedua definisi tersebut, baik definisi CDC terakhir maupun pra-1993.Diagnosis
terhadap AIDS tetap dipertahankan, walaupun jumlah sel T CD4+
meningkat di atas 200 per µL darah setelah perawatan ataupun penyakit-penyakit
tanda AIDS yang ada telah sembuh.
3.Tes HIV
Banyak orang tidak
menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.Kurang dari 1% penduduk perkotaan
di Afrika
yang aktif secara seksual telah menjalani tes HIV, dan persentasenya bahkan
lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita mengandung di
perkotaan yang mendatangi fasilitas kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang
AIDS, menjalani pemeriksaan, atau menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan
lebih kecil lagi di fasilitas kesehatan umum pedesaan.Dengan demikian, darah
dari para pendonor dan produk darah yang
digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus selalu diperiksa
kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV
umum, termasuk imunoasaienzim
HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk
mendeteksi antibodi HIV pada serum,
plasma,
cairan mulut, darah kering, atau urin
pasien. Namun, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan
infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat
bervariasi.Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi
dan hasil positif tes.Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen
HIV lainnya, HIV-RNA,
dan HIV-DNA,
yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
antibodinya belum dapat terdeteksi.Meskipun metode-metode tersebut tidak
disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan
secara rutin di negara-negara maju.
3.Tes HIV Agresif
HIV Agresif sebenarnya
telah diketahui terjadi di Afrika sebelumnya, tetapi apa yang terjadi di Kuba
bersifat masif. Biasanya dari HIV menjadi AIDS butuh waktu 5-10 tahun tanpa
perwatan sama sekali, tetapi pada HIV Agresif hal itu terjadi hanya dalam waktu
3 tahun. Tes CD4 dan adanya infeksi oportunistik, biasanya dilakukan untuk
mengetahui adanya HIV, tetapi tes CD4 2 tahun sekalipun mungkin bisa terlambat,
oleh karena itu perlu diadakan tes CD4 yang lebih sering bagi orang-orang yang
beresiko. HIV Agresif ini adalah kombinasi sub-tipe A, D dan G, dinamai CRF19
yang ternyata sampai saat ini masih mempan terhadap sebagian besar obat-obat
antiretroviral, asal belum terlambat.
D).PENCEGAHAN
Perkiraan risiko masuknya
HIV per aksi,
menurut rute paparan. |
||
Rute paparan
|
Perkiraan infeksi
per 10.000 paparan dengan sumber yang terinfeksi |
|
Transfusi
darah
|
9.000
|
|
Persalinan
|
2.500
|
|
Penggunaan
jarum suntik bersama-sama
|
67
|
|
Hubungan
seks anal reseptif*
|
50
|
|
Jarum
pada kulit
|
30
|
|
Hubungan
seksual reseptif*
|
10
|
|
Hubungan
seks anal insertif*
|
6,5
|
|
Hubungan
seksual insertif*
|
5
|
|
Seks
oral reseptif*
|
1
|
|
Seks
oral insertif*
|
0,5
|
|
* tanpa penggunaan kondom
§ sumber merujuk kepada seks oral yang dilakukan kepada laki-laki |
Tiga jalur utama (rute)
masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan
atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin
atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal).Walaupun
HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata
dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi
dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan.
1.Hubungan Seksual
Mayoritas infeksi HIV
berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung
antarindividu yang salah satunya terkena HIV.Hubungan heteroseksual
adalah modus utama infeksi HIV di dunia.Selama hubungan seksual, hanya kondom
pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan
penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini
menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi risiko penularan HIV
sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat ini lebih besar
jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan. Kondom laki-laki
berbahan lateks,
jika digunakan dengan benar tanpa pelumas
berbahan dasar minyak, adalah satu-satunya
teknologi yang paling efektif saat ini untuk mengurangi transmisi HIV secara
seksual dan penyakit menular seksual lainnya.Pihak produsen kondom menganjurkan
bahwa pelumas berbahan minyak seperti vaselin,
mentega,
dan lemak babi
tidak digunakan dengan kondom lateks karena bahan-bahan tersebut dapat
melarutkan lateks dan membuat kondom berlubang.Jika diperlukan, pihak produsen
menyarankan menggunakan pelumas berbahan dasar air.Pelumas berbahan dasar
minyak digunakan dengan kondom poliuretan.
Kondom wanita
adalah alternatif selain kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan,
yang memungkinkannya untuk digunakan dengan pelumas berbahan dasar
minyak.Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah
ujung terbuka keras berbentuk cincin, dan didesain untuk dimasukkan ke dalam vagina.Kondom
wanita memiliki cincin bagian dalam yang membuat kondom tetap di dalam vagina —
untuk memasukkan kondom wanita, cincin ini harus ditekan.Kendalanya ialah bahwa
kini kondom wanita masih jarang tersedia dan harganya tidak terjangkau untuk
sejumlah besar wanita.Penelitian awal menunjukkan bahwa dengan tersedianya kondom wanita,
hubungan seksual dengan pelindung secara keseluruhan meningkat relatif terhadap
hubungan seksual tanpa pelindung sehingga kondom wanita merupakan strategi
pencegahan HIV yang penting.
Penelitian terhadap
pasangan yang salah satunya terinfeksi menunjukkan bahwa dengan penggunaan
kondom yang konsisten, laju infeksi HIV terhadap pasangan yang belum terinfeksi
adalah di bawah 1% per tahun.Strategi pencegahan telah dikenal dengan baik di
negara-negara maju. Namun, penelitian atas perilaku dan epidemiologis
di Eropa
dan Amerika Utara menunjukkan keberadaan
kelompok minoritas anak muda yang tetap melakukan kegiatan berisiko tinggi
meskipun telah mengetahui tentang HIV/AIDS, sehingga mengabaikan risiko yang
mereka hadapi atas infeksi HIV. Namun, transmisi HIV antarpengguna narkoba
telah menurun, dan transmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka di
negara-negara maju.
Pada bulan Desember tahun
2006, penelitian yang menggunakan uji acak terkendali mengkonfirmasi bahwa sunat
laki-laki menurunkan risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual Afrika
sampai sekitar 50%. Diharapkan pendekatan ini akan digalakkan di banyak negara
yang terinfeksi HIV paling parah, walaupun penerapannya akan berhadapan dengan
sejumlah isu sehubungan masalah kepraktisan, budaya, dan perilaku masyarakat.
Beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa persepsi kurangnya kerentanan HIV pada
laki-laki bersunat, dapat meningkatkan perilaku seksual berisiko sehingga
mengurangi dampak dari usaha pencegahan ini.
Pemerintah Amerika
Serikat dan
berbagai organisasi kesehatan menganjurkan Pendekatan ABC untuk
menurunkan risiko terkena HIV melalui hubungan seksual. Adapun rumusannya dalam
bahasa Indonesia:
“
|
Anda jauhi seks,
Bersikap saling setia dengan pasangan, Cegah dengan kondom. |
”
|
2.Kontaminasi Cairan Tubuh Terinfeksi
Pekerja kedokteran yang
mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan lateks ketika
menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi HIV.
Semua organisasi pencegahan
AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi jarum dan bahan lainnya
yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk alat
suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain).Orang
perlu menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap
suntikan.Informasi tentang membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan
oleh fasilitas kesehatan dan program penukaran
jarum. Di
sejumlah negara maju, jarum bersih terdapat gratis di sejumlah kota, di
penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah
melegalkan kepemilikan jarum dan mengijinkan pembelian perlengkapan penyuntikan
dari apotek tanpa perlu resep dokter.
3.Penularan Dari Ibu Ke Anak
Penelitian menunjukkan
bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan formula mengurangi
peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission,
MTCT).Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan
mudah, terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan
tidak menyusui anak mereka.Namun, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi,
pemberian ASI eksklusif disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan
selanjutnya dihentikan sesegera mungkin. Pada tahun 2005,
sekitar 700.000 anak di bawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui
penularan ibu ke anak; 630.000 infeksi di antaranya terjadi di Afrika. Dari
semua anak yang diduga kini hidup dengan HIV, 2 juta anak (hampir 90%) tinggal
di Afrika Sub Sahara.
E).PENANGANAN
Abacavir – Nucleoside analog
reverse transcriptase inhibitor (NARTI atau NRTI)
Struktur
kimia Abacavir
Sampai saat ini tidak ada vaksin
atau obat untuk HIV
atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada
penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus
secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure
prophylaxis
(PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP
juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare,
tidak enak badan, mual, dan lelah.
1.Terapi Antivirus
Penanganan infeksi HIV
terkini adalah terapi antiretrovirus
yang sangat aktif (highly
active antiretroviral therapy, disingkat HAART).Terapi ini telah sangat
bermanfaat bagi orang-orang yang terinfeksi HIV sejak tahun 1996,
yaitu setelah ditemukannya HAART yang menggunakan protease inhibitor.Pilihan terbaik HAART saat
ini, berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disebut "koktail) yang
terdiri dari paling sedikit dua macam (atau "kelas") bahan antiretrovirus.
Kombinasi yang umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) dengan protease inhibitor, atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit
HIV lebih cepat perkembangannya pada anak-anak daripada pada orang dewasa, maka
rekomendasi perawatannya pun lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang
dewasa. Di negara-negara berkembang yang menyediakan perawatan HAART, seorang
dokter akan mempertimbangkan kuantitas beban virus, kecepatan berkurangnya
CD4, serta kesiapan mental pasien, saat memilih waktu memulai perawatan awal.
Perawatan HAART
memungkinkan stabilnya gejala dan viremia (banyaknya jumlah virus dalam darah)
pada pasien, tetapi ia tidak menyembuhkannya dari HIV ataupun menghilangkan
gejalanya. HIV-1 dalam tingkat yang tinggi sering resisten terhadap HAART dan
gejalanya kembali setelah perawatan dihentikan.Lagi pula, dibutuhkan waktu
lebih dari seumur hidup seseorang untuk membersihkan infeksi HIV dengan
menggunakan HAART.Meskipun demikian, banyak pengidap HIV mengalami perbaikan
yang hebat pada kesehatan umum dan kualitas hidup mereka, sehingga terjadi
adanya penurunan drastis atas tingkat kesakitan (morbiditas)
dan tingkat kematian (mortalitas) karena HIV.Tanpa
perawatan HAART, berubahnya infeksi HIV menjadi AIDS terjadi dengan kecepatan
rata-rata (median) antara sembilan sampai sepuluh tahun, dan selanjutnya waktu
bertahan setelah terjangkit AIDS hanyalah 9.2 bulan.Penerapan HAART dianggap
meningkatkan waktu bertahan pasien selama 4 sampai 12 tahun. Bagi beberapa
pasien lainnya, yang jumlahnya mungkin lebih dari lima puluh persen, perawatan
HAART memberikan hasil jauh dari optimal. Hal ini karena adanya efek
samping/dampak pengobatan tidak bisa ditolerir, terapi antiretrovirus
sebelumnya yang tidak efektif, dan infeksi HIV tertentu yang resisten
obat.Ketidaktaatan dan ketidakteraturan dalam menerapkan terapi antiretrovirus
adalah alasan utama mengapa kebanyakan individu gagal memperoleh manfaat dari
penerapan HAART.Terdapat bermacam-macam alasan atas sikap tidak taat dan tidak
teratur untuk penerapan HAART tersebut.Isyu-isyu psikososial yang utama ialah
kurangnya akses atas fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan sosial, penyakit
kejiwaan, serta penyalahgunaan obat. Perawatan HAART juga kompleks, karena
adanya beragam kombinasi jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan, dan
lain-lain yang harus dijalankan secara rutin . Berbagai efek samping yang juga
menimbulkan keengganan untuk teratur dalam penerapan HAART, antara lain lipodistrofi,
dislipidaemia, penolakan insulin, peningkatan risiko sistem
kardiovaskular, dan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Obat anti-retrovirus
berharga mahal, dan mayoritas individu terinfeksi di dunia tidaklah memiliki
akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS tersebut.
2.PenagananEksperimental Dan Saran.
Telah
terdapat pendapat bahwa hanya vaksin lah yang sesuai untuk menahan epidemik
global (pandemik) karena biaya vaksin lebih murah dari biaya pengobatan
lainnya, sehingga negara-negara berkembang mampu mengadakannya dan pasien tidak
membutuhkan perawatan harian.Namun setelah lebih dari 20 tahun penelitian,
HIV-1 tetap merupakan target yang sulit bagi vaksin.
Beragam penelitian untuk
meningkatkan perawatan termasuk usaha mengurangi efek samping obat,
penyederhanaan kombinasi obat-obatan untuk memudahkan pemakaian, dan penentuan
urutan kombinasi pengobatan terbaik untuk menghadapi adanya resistensi obat.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa langkah-langkah pencegahan infeksi
oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi
HIV atau AIDS. Vaksinasi atas hepatitis
A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi virus ini dan dalam
berisiko terinfeksi. Pasien yang mengalami penekanan daya tahan tubuh yang
besar juga disarankan mendapatkan terapi pencegahan (propilaktik) untuk pneumonia
pneumosistis,
demikian juga pasien toksoplasmosis
dan kriptokokusmeningitis
yang akan banyak pula mendapatkan manfaat dari terapi propilaktik tersebut.Susu
sapi adalah salah satu produk tepat yang bisa mencegah penularan penyakit yang
belum ada obatnya ini.Awalnya ilmuwan melihat bahwa sapi ternyata tidak dapat
terinfeksi HIV. Setelah melewati proses penelitian yang cukup lama, ternyata
para peneliti tersebut menemukan fakta kalau sapi bisa menghasilkan antibodi
yang bisa mencegah penularan HIV. Para peneliti tersebut kemudian menyuntikkan
sapi betina dengan protein HIV. Setelah sapi melahirkan, para ilmuwan tersebut
mengumpulkan kolostrum (susu pertama yang dihasilkan setelah melahirkan). Dan
ternyata kolostrum tersebut mengandung antibodi HIV.
3.Pengobatan Alternatif
Berbagai bentuk pengobatan
alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan
penyakit.Akupunktur telah digunakan untuk
mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral
neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak
menyembuhkan infeksi HIV.Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu
menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut
memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan
memberi beragam efek samping negatif yang serius.
Beberapa data
memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin
dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa,
meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas)
akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.Suplemen
vitamin A
pada anak-anak kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat. Pemakaian selenium
dengan dosis rutin harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui
terjadinya peningkatan pada jumlah CD4.Selenium dapat digunakan sebagai terapi
pendamping terhadap berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak
dapat digunakan sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir
menunjukkan bahwa terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek
terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan
kualitas hidup individu yang mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari
beragam terapi alternatif tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting
dari pemakaiannya.
Namun oleh penelitian yang
mengungkapkan adanya simtomahipotiroksinemia pada penderita AIDS yang
terjangkit virusHIV-1, beberapa pakar
menyarankan terapi dengan asupan hormon
tiroksin. Hormon tiroksin dikenal dapat meningkatkan
laju metabolisme
basalseleukariota
dan memperbaiki gradien pH pada mitokondria.
F).EPIDEMIOLOGI.
15–50%
5–15%
1–5%
|
0.5–1.0%
0.1–0.5%
|
<0.1%
tidak
ada data
|
UNAIDS dan WHO
memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama
kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai
salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja,
akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,
epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)
hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah
juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta
orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak
tahun 1981.
Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang
terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV.
Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya lebih
rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada
di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup
dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta
[10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.Asia Selatan
dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang
terinfeksi dengan besar 15%.500.000 anak-anak mati di region ini karena
AIDS.Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia
muncul di India,
dengawn perkiraan 5.7 juta infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari
populasi), melewati perkiraan di Afrika Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1
juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat negara ini dengan jumlah terbesar
infeksi HIV di dunia. Di 35 negara di Afrika
dengan perataan terbesar, harapan hidup
normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa
penyakit.
G).SEJARAH AIDS
AIDS pertama kali
dilaporkan pada tanggal 5 Juni1981,
ketika Centers for Disease
Control and PreventionAmerika Serikat mencatat adanya Pneumonia
pneumosistis
(sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis
jirovecii) pada
lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.[105]
Dua spesies HIV yang
diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1
dan HIV-2.HIV-1
lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh.HIV-1 adalah sumber dari
mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan
berada di Afrika Barat.Baik HIV-1 dan HIV-2
berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpansePan
troglodytes troglodytes
yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2 berasal
dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys),
monyet dari Guinea Bissau, Gabon,
dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat
bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya,
contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial
yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik
AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an
di Kongo Belgia sebagai akibat dari
penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksinpolio.
Namun, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak
didukung oleh bukti-bukti yang ada.
H.DAMPAK AIDS
1.Sosial Dan Budaya
Ø .Stigma
Ryan White sebagai model poster
HIV.Ia dikeluarkan dari sekolah dengan alasan terinfeksi HIV.
Hukuman sosial atau stigma
oleh masyarakat di berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam
berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi,
dan penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; diwajibkannya uji coba
HIV tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu atau perlindungan
kerahasiaannya; dan penerapan karantina terhadap orang-orang yang terinfeksi
HIV. Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk
melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana hasil tes mereka, atau berusaha untuk
memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah suatu sakit kronis yang dapat
dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan meluasnya
penyebaran HIV.
Stigma AIDS lebih jauh
dapat dibagi menjadi tiga kategori:
- Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.
- Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit tersebut.
- Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
Stigma AIDS sering
diekspresikan dalam satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksualitas, biseksualitas,
pelacuran,
dan penggunaan narkoba melalui suntikan.
Di banyak negara maju,
terdapat penghubungan antara AIDS dengan homoseksualitas atau biseksualitas,
yang berkorelasi dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi, misalnya
sikap-sikap anti homoseksual.Demikian pula terdapat anggapan adanya hubungan
antara AIDS dengan hubungan seksual antar laki-laki, termasuk bila hubungan
terjadi antara pasangan yang belum terinfeksi.
2.Dampak Ekonomi
Perubahan
angka harapan hidup di beberapa negara di Afrika.
Botswana
Zimbabwe
Kenya
Afrika Selatan
Uganda
HIV dan AIDS memperlambat
pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan
produksi (human capital).Tanpa nutrisi
yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang,
orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak
dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.
Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di
daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak
anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang telah tua.
Semakin tingginya tingkat
kematian (mortalitas) di suatu daerah akan menyebabkan mengecilnya populasi
pekerja dan mereka yang berketerampilan. Para pekerja yang lebih sedikit ini
akan didominasi anak muda, dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang lebih
sedikit sehingga produktivitas akan berkurang. Meningkatnya cuti pekerja untuk
melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi
produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan mekanisme
produksi dan investasi sumberdaya manusia (human
capital) pada masyarakat, yaitu akibat hilangnya pendapatan dan
meninggalnya para orang tua. Karena AIDS menyebabkan meninggalnya banyak orang
dewasa muda, ia melemahkan populasi pembayar pajak, mengurangi dana publik
seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan lain yang tidak berhubungan dengan
AIDS. Ini memberikan tekanan pada keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan
ekonomi. Efek melambatnya pertumbuhan jumlah wajib pajak akan semakin terasakan
bila terjadi peningkatan pengeluaran untuk penanganan orang sakit, pelatihan
(untuk menggantikan pekerja yang sakit), penggantian biaya sakit, serta
perawatan yatim piatu korban AIDS. Hal ini terutama mungkin sekali terjadi jika
peningkatan tajam mortalitas orang dewasa menyebabkan berpindahnya
tanggung-jawab dan penyalahan, dari keluarga kepada pemerintah, untuk menangani
para anak yatim piatu tersebut.
Pada tingkat rumah tangga,
AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan
oleh suatu rumah tangga.Berkurangnya pendapatan menyebabkan berkurangnya
pengeluaran, dan terdapat juga efek pengalihan dari pengeluaran pendidikan
menuju pengeluaran kesehatan dan penguburan.Penelitian di Pantai Gading
menunjukkan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan biaya dua
kali lebih banyak untuk perawatan medis daripada untuk pengeluaran rumah tangga
lainnya.
I).PENYANGKALAN ATAS AIDS
Sekelompok kecil aktivis,
diantaranya termasuk beberapa ilmuwan yang tidak meneliti AIDS, mempertanyakan
tentang adanya hubungan antara HIV dan AIDS, keberadaan HIV itu sendiri, serta
kebenaran atas percobaan dan metode perawatan yang digunakan untuk
menanganinya. Klaim mereka telah diperiksa dan secara luas ditolak oleh
komunitas ilmiah, walaupun terus saja disebarkan melalui Internet
dan sempat memiliki pengaruh politik di Afrika Selatan
melalui mantan presiden Thabo Mbeki,
yang menyebabkan pemerintahnya disalahkan atas respon yang tidak efektif
terhadap epidemik AIDS di negara tersebut.
BAB 3
A).KESIMPULAN
AIDS adalah penyakit yang merugikan bagi
kehidupan manusia,karena AIDS penyakit yang disebabkan oleh virus sehingga
penyakit ini adalah penyakit yang menular.selain itu pengobatanyapun juga
sangat sulit.beberapa ilmuan berpendapat bahwa penyakit AIDS berasal dari sub
sahara.
B).SARAN.
Dalam pencegahan penyakit AIDS sebaiknya para penderita penyakit ini
harus di tempatkan di suatu tempat tertentu yang jauh dari masyarakat,sehingga
kemungkinan penularan penyakit ini sangat minim terjadi.
No comments:
Post a Comment